*Gemerisik Ilalang, yang Membekas Di Rongga Dada*.



Penghujung musim ini memberi sederet makna. Ada amarah menggelegak. Kala kebimbangan akan sebuah keputusan yang teramat berat, kala kekecewaan menghampakan sebuah harapan. Sungguh, amarah telah menjelmakan karakter lain. Dan aku enggan berdiri, lebih baik duduk diam, atau bahkan tidur. Hingga musim berikutnya, tatkala amarah telah terpadamkan.

Bagaimanapun tak sepatutnya amarah terlampiaskan kepada mahluk lain, bagaimanapun lebih mulia memendamnya hingga alih-alih orang lain, tangan dan kaki pun tak tahu bila amarah sedang menggelegak di hati. Memaafkan dan menyelesaikan setiap permasalahan, dari pada menghunuskan amarah. Dari sisi manapun takkan ada pembenaran dengan timbulnya amarah, kecuali permasalahan baru. Takkan ada penyelesaian hingga amarah terpadamkan, kecuali penyesalan...

وَاتَّقُواْ يَوْماً لاَّ تَجْزِي نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْئاً وَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلاَ هُمْ يُنصَرُونَ

Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa’at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. ( Qs Al Baqarah : 48 )

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari ayat di atas, diantaranya adalah :

Pelajaran Pertama :

Ayat di atas masih ditujukan kepada Bani Israel, walaupun sebenarnya juga ditujukan kepada seluruh manusia, setelah mereka diperintahkan berkali-kali untuk mengingat nikmat Allah yang diberikan kepada nenek moyang mereka…maka kali ini Allah memerintahkan mereka untuk mengingat kematian, mengingat suatu hari dimana tiada manfaat pertolongan seseorang terhadap orang lain, tidak pula rekomendasi dan uang sogokan ataupun uang tebusan.

Seakan-akan Allah ingin mengingatkan kepada Bani Israel dan kepada seluruh manusia bahwa bagaimanapun tingginya kedudukan manusia di dunia ini, maka pada hari kiamat kedudukan tersebut tidaklah ada manfaatnya sedikitpun. Benar,…pada ayat sebelumnya Allah telah menjelaskan kepada Bani Israel bahwa nenek moyang mereka adalah bangsa yang paling unggul pada waktu itu, karena mereka beriman kepada Allah dan para Rosul-Nya, akan tetapi kebesaran nenek moyang mereka tidaklah bermanfaat bagi anak keturunannya pada hari kiamat. Maka jangan bangga dulu wahai Bani Israel terhadap kebesaran nenek moyang kamu…selama kamu tidak bisa seperti mereka, yaitu berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Allah, maka kebanggan itu tidak ada manfaatnya. (lagi…)

Maafkan aku...
Apa dayaku bila aku hanya pohon yang tumbuh diantara dedaunan kering berserakan. Yang sekedar meneruskan kehidupan untuk musim berikutnya. Kehidupan yang kecil, berharga tapi kecil.


*Ainun Jariyah*(cpt).
Share:

1 komentar:

Categories

Pages

Cari Blog Ini

Search

Postingan Populer

Popular Posts

Arsip Blog

Recent Posts