* Hubungan antara pergantian siang dan malam dengan aktivitas fisiologi manusia. *



“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”(Al-Qoshosh: 73)

Pada ayat tersebut Allah ta’ala menjelaskan bahwa pergantian siang dan malam dalam hubungannya dengan aktivitas manusia merupakan salah satu bentuk nikmat, dimana Dia menjadikan siang hari sebagai waktu bagi manusia mencari karunia-Nya di muka bumi dan menjadikan malam sebagi waktu untuk beristirahat. Bagaimanakah ilmu fisiologi menjelaskan nikmat Allah ta’ala ini?

Pada bagian tengah otak manusia terdapat organ bernama Hipothalamus, organ ini bekerja seolah-olah jam biologis yang mengatur jadwal kerja organ-organ tubuh lainnya. Bagaimana cara kerjanya? Hipothalamus sensitif terhadap rangsangan cahaya. Ketika cahaya matahari di siang hari masuk ke mata kemudian jatuh di retina dan diubah menjadi sinyal syaraf, maka syaraf mata akan meneruskan sinyal ini menuju menuju Hipothalamus. Kuatnya rangsangan cahaya ini berdampak negatif terhadap kinerja Hipothalamus, dan memaksa kelenjar Pineal agar menekan laju produksi melatonin (hormon perangsang rasa kantuk).

Diantara efek yang timbul akibat berkurangnya kadar melatonin dalam tubuh: bertambah tingkat kekentalan darah serta jumlah leukosit (sel darah putih) yang menambah tingkat kekebalan tubuh, bertambahnya aktivitas aliran listrik dalam otak, dan bertambahnya tekanan darah yang diiringi percepatan detak jantung. Dengan begitu tubuh dapat bekerja lebih aktif. Beginilah Allah ta’ala mempersiapkan kondisi tubuh kita guna mendukung jalannya aktivitas kita di siang hari, sesuai dengan firman-Nya: “dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya”.

Adapun ketika intensitas cahaya berkurang pada malam hari, Hipothalamus kembali aktif memberikan rangsangan kepada kelenjar Pineal agar menambah produksi melatonin. Dampaknya rasa kantuk hebat yang memaksa tubuh untuk mengurangi aktivitas, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya: “supaya kamu beristirahat pada malam itu”. Kemudian dia akhir ayat Allah ta’ala menjelaskan bahwa hikmah di balik ini adalah supaya kita menyukuri nikmat pergantian siang malam ini yang telah mendukung kondisi fisiolgi tubuh kita untuk beraktivitas, “dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”.

Coba bayangkan seandainya Allah ta’ala menciptakan siang tak ber-malam, siapa yang bisa mengaktifkan hypothalamus dan mengembalikan produksi melatonin dalam kelenjar pineal ketika kita merasa lelah? Atau sebaliknya bila Allah ta’ala menciptakan malam tak-bersiang, sinar matahari siapa yang akan menghentikan kerja hypothalamus dan menahan produksi melatonin dalam kelenjar pineal agar organ-organ tubuh kita dapat aktif? Oleh karenanya pada dua ayat sebelumnya Allah ta’ala berfirman: “katakanlah: terangkanlah kepadaku jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar? katakanlah: terangkanlah kepadaku jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Al-Qoshosh: 71-72)

*Ainun Jariyah*.

Sumber :
-. Al-Qur’an dan Terjemahannya, cetakan Majma’ Malik Fahd, Madinah Munawwarah
-. Al-Fiziya wa wujudul kholiq, D.Ja’far Syaikh Idris, Majalah Al-Bayan, London, cet. 1, 2001
-. Az-Zuhd, Ahmad bin Hanbal, Darul Imam Ahmad, Cairo, cet. 1, 2006
-. Al-Musnad, Ahmad bin Hanbal, Muassasah Ar-Risalah, Beirut, cet.2 1999
-. Fathul Qodir, Imam Asy-Syaukany, Al-Maktabah At-Taufiqiyah, Cairo
-. Mausu’ah I’jazul ‘Ilmi, D. Nadia Toyyaroh, Maktabah Ash-Shofaa, Uni Emirat
Arab, cet. 1, 2007
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Pages

Cari Blog Ini

Search

Postingan Populer

Popular Posts

Arsip Blog

Recent Posts