* Agungnya Sebuah Persaksian *.



Agungnya Sebuah Persaksian

Saudaraku kaum muslimin... Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah (yang beRahimahullahak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada ilah melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [QS. Āli ‘Imrān (3): 18]


Asbāb an-nuzūl (sebab turun) ayat tersebut, menurut Ibnu al-Jawziy Rahimahullah setidaknya ada tiga pendapat, yaitu:

1. Riwayat Ibnu as-Sāib Rahimahullah, bahwa ada dua orang pendeta dari Syam datang menemui Nabi Salallahu Alaihi Wasalam, ketika sampai di Madinah, salah seorang dari mereka berkata:

( مَا أَشْبَهَ هَذِهِ الْمَدِيْنَةَ بِصِفَةِ مَدِيْنَةِ النَّبِيِّ الَّذِي يَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ )

“Alangkah miripnya kota ini dengan gambaran kota yang darinya akan mun-cul seorang nabi pada akhir zaman!”, dan manakala keduanya berjumpa dengan beliau sa, mereka berkata:

( أَنْتَ مُحَمَّدٌ؟ )

“Apakah engkau Muhammad?”, be-liau menjawab:

(( نَعَمْ ))

“Ya, benar.”, mereka kembali ber-tanya:

( وَأَحْمَدُ؟ )

“Atukah Ahmad?”, beliau kembali menjawab:

(( نَعَمْ ))

“Ya, benar.”, kemudian mereka ber-tanya:

( نَسْأَلُكَ عَنْ شَهَادَةٍ، فَإِنْ أَخْبَرْتَنَا بِهَا، آمَنَّا بِكَ وَصَدَّقْنَاكَ )

“Kami ingin bertanya tentang sebuah persaksian. Apabila engkau dapat menjawabnya, niscaya kami akan beriman kepadamu dan membenarkanmu juga.”, maka beliau berkata:

(( سَلاَنِي ))

“Tanyakan saja!”, mereka berkata:

( أَخْبِرْنَا عَنْ أَعْظَمِ شَهَادَةٍ فِي كِتَابِ اللهِ )

“Terangkan kepada kami tentang ke-saksian paling agung yang ada dalam ki-tabullah!”, kemudian turunlah ayat ter-sebut di atas dan pada akhirnya kedua-nya pun masuk Islam.

2. Riwayat lain menyatakan bahwa ayat ini turun sebagai bantahan ter-hadap anggapan kaum Nashrani dari Najran yang meyakini bahwa‘Isa as adalah anak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

3. Riwayat dari Sa’id bin Jubayr Rahimahullah, bahwa di sekitar Ka’bahterdapat 360 beRahimahullahala, sehingga orang ‘Arab yang masih hidup akan memiliki satu atau dua beRahimahullahala, tatkala ayat ini turun, maka seluruh beRahimahullahala tersebut sujud karenanya (Zād al-Masīr fī ‘Ilm at-Tafsīr 1/294).

Saudaraku kaum muslimin...

Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu Wa Ta’ala me-minta kepada orang-orang berilmu agar memberikan syahādah (persaksian) teRahimahullahadap sesuatu yang sangat agung, yaitu tawhīd (keesaan)-Nya.

Hal ini memberikan dalil tentang keutamaan ilmu dan orang yang ber-ilmu, dikarenakan:

Pertama: karena orang-orang yang berilmu adalah yang diminta Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk bersaksi teRahimahullahadap keesaan-Nya,bukan golongan lainnya.

Kedua: Allah Subhanahu Wa Ta’ala menggabungkan kesaksian orang-orang berilmu dengan kesaksian-Nya.

Ketiga: Allah Subhanahu Wa Ta’ala menggabungkan kesaksian orang-orang berilmu dengan kesaksian malaikat-malaikat-Nya.

Keempat: karena ayat di atas me-ngandung rekomendasi Allah Subhanahu Wa Ta’ala ten-tang kesucian dan keadilan orang-orang berilmu. Hanya orang-orang yang adil sajalah yang diminta Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk memberikan persaksian.

Rasulullah sa bersabda:

(( يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ، يَنْفَوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ، وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ، وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ ))

“Ilmu ini (agama) dalam setiap gene-rasi akan diusung oleh orang-orang yang adil. Mereka bertugas menolak dari ilmu ini adanya distorsi dari orang-orang yang radikal (berlebih-lebihan), plagiasi (jiplakan) para pendusta, dan dari takwil orang-orang bodoh.”

Kelima: Allah Subhanahu Wa Ta’ala mensifati mereka (yang diminta bersaksi) sebagai orang-orang berilmu.

Hal ini menunjukkan bahwa ilmu telah diperuntukkan bagi mereka, danmereka adalah para pemilik dan pe-ngemban ilmu tersebut.

Keenam: Allah Subhanahu Wa Ta’ala meminta kepada diri-Nya (saksi teragung) untuk ber-saksi kemudian meminta di antara hamba-hamba-Nyayang terbaik untuk bersaksi pula, yaitu para malaikat dan orang-orang berilmu.

Hal ini adalah bukti kuat yang me-nunjukkan keutamaan dan kemuliaanorang-orang berilmu.

Kedelapan: Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan kesaksian orang-orang berilmu seba-gai hujjah atas para pengingkar. Hujjah dari orang-orang berilmu setara dengan dalil-dalil, ayat-ayat dan bukti-bukti dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menunjukkan tentang keesaan-Nya.

Kesembilan: Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyendiri-kan tindakan yangmengandung ke-saksian dari-Nya, para malaikat-Nya dan orang-orang berilmu,dan Dia tidak menggabungkan kesaksian mereka atas kesaksian-Nya dengan tindakan lain.

Hal ini menunjukkan eratnya hu-bungan antara kesaksian mereka de-ngan kesaksian-Nya. Seakan-akan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersaksi atas keesaan diri-Nya dengan lisan-lisan mereka dan membuat mereka mampu melontarkan kesaksian tersebut.

Kesepuluh: Allah Subhanahu Wa Ta’ala membuat orang-orang berilmu menunaikan hak-Nya atas hamba-hamba-Nya dengan kesak-sian tersebut.

Apabila mereka telah menunaikan hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala tersebut, otomatis mereka telah menunaikan hak yang dipersak-sikan-Nya. Dengan demikian, tetap tegaklah hak yang dipersaksikan Allah tersebut.

Oleh karena itu, semua ma-nusia tanpa terkecuali wajib mengakui Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena itu adalah puncak kebahagiaan mereka di dunia dan di akherat. Siapa saja yang mendapat pe-tunjuk dan mengakui hak Allah Subhanahu Wa Ta’alat karena kesaksian mereka, maka me-reka akan mendapat pahala sebesar pahala orang-orang yang mengikuti mereka.

Itulah karunia besar yang bobot nilainya tidak diketahui oleh siapa pun juga, kecuali oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Begitu pula halnya dengan orang yang ber-saksi dengan kesaksian tersebut karena kesaksian mereka, maka mereka men-dapat pahala sebesar pahala orang-orang yang bersaksi sebagaimana ke-saksian mereka.

Saudaraku kaum muslimin...

Ilmu adalah kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan adalah kema-tian dan kegelapan. Kejahatan dan keburukan penyebabnya tiada lain ada-lah karena tidak adanya kehidupan dan cahaya. Dan semua kebaikan pe-nyebabnya adalah cahaya dan kehi-dupan.

Cahayalah yang akan membongkar hakikat segala sesuatu dan menjelaskan derajat-derajatnya. Adapun kehidupan, maka ia adalahpembimbing menuju sifat-sifat kesempurnaan, serta yang menghantarkan perkataan dan perbu-atan kepada sasarannya yang tepat.

Hal apa saja yang dilandasi kehi-dupan, maka semuanya melahirkankebaikan. Rasa malu misalnya, maka penyebabnya adalah karena adanyakesempurnaan kehidupan hati dan pengetahuannya teRahimahullahadap hakikat ke-burukan. Kebalikannya, tidak memi-liki rasa malu adalah karena kematian hati dan tidak adanya kebencian ter-hadap keburukan.

Sifat malu ibarat hujan, dengannya segala sesuatu menjadi hidup.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat ber-jalan di tengah-tengah masyarakat ma-nusia, serupa dengan orang yang kea-daannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari pa-danya?” [QS. al-An’ām (6): 122]

Saudaraku kaum muslimin...

Hati yang tadinya mati karena ke-bodohan, kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menghi-dupkannya dengan ilmu dan menja-dikan keimanannya sebagai cahaya, hingga dengannya seseorang berjalan menyusuri kehidupan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman (ke-pada para rasul), bertaqwalah kepadaAllah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rah-mat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahya yang de-ngan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kami. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(Kami terangkan yang demikian itu) supaya ahli Kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikit-pun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasannya karunia itu adalah ditangan Allah.Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya.Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” [QS. al-Hadīd (57): 28-29]

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan merekadari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syetan, yang mengeluarkan merekadari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni nereka; mereka kekal di dalamnya.” [QS. al-Baqarah (2): 257]

“Dan demikianlah Kami wahyukan ke-padamu wahyu (al-Qur’an) denganperintah Kami. Sebelumnya kamu tidak-lah mengetahui apakah al-Kitab (al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menja-dikan al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” [QS. asy-Syūrā (42): 52]

Dalam ayat-ayat di atas, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan bahwa ilmu adalah ruh kehidupan dan cahaya yang mene-rangi.

Di dalamnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatukan dua hal yang sangat prinsipil, yaitu kehidupan dan cahaya.

Saudaraku kaum muslimin...

Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya untuk memintatambahan ilmu kepa-da-Nya. Dan hal ini sudah sangat men-cukupi bagi kita untuk mengetahui kemuliaan ilmu, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidakpernah memerintahkan Nabi-Nya un-tuk meminta tambahan sesuatukepada-Nya, kecuali meminta tambahan ilmu.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:


“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur’an sebe-lum disempurnakanmewahyukannya
kepadamu, dan katakanlah: “Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu penge-tahuan.” [QS. Thāhā (20): 1

Saudaraku kaum muslimin...

Demikianlah sepenggal kisah tentang agungnya sebuah persaksian, se-kaligus menggambarkan kepada kita betapa agung dan mulianya ilmu bagikehidupan kita, baik ketika di dunia atau terlebih lagi bagi kehidupan di akhirat. Oleh
karena itu, janganlah kita ragu untuk senantiasa berdoa “Rabbi Zidni ilman”.

*Ainun Jariyah*.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Pages

Cari Blog Ini

Search

Postingan Populer

Popular Posts

Arsip Blog

Recent Posts