*Mengendalikan Marah*.



Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, ada seorang lelaki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Berilah saya nasihat.” Rasulullah bersabda, “Jangan marah.” Lelaki itu terus mengulang-ulang permintaannya dan beliau tetap menjawab, “Jangan marah.” (Riwayat Bukhari).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menjelaskan Hadits di atas, “Bukanlah maksud beliau adalah melarang memiliki rasa marah. Karena rasa marah itu bagian dari tabiat manusia yang pasti ada. Akan tetapi maksudnya ialah kuasailah dirimu ketika muncul rasa marah. Supaya kemarahanmu itu tidak menimbulkan dampak yang tidak baik. Sesungguhnya kemarahan adalah bara api yang dilemparkan oleh syaithan ke dalam lubuk hati bani Adam. Oleh sebab itulah, Anda bisa melihat kalau orang sedang marah, maka kedua matanya pun menjadi merah dan urat lehernya menonjol dan menegang….”

Berikut adalah adab-adab yang harus diperhatikan seorang Muslim berkaitan dengan marah yang disusun oleh Syaikh Sayyid Nada dalam kitab Mausuu’atul Aadaab al Islamiyah.

Pertama, jangan marah, kecuali karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Marah karena Allah merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan amal. Misalnya, marah ketika menyaksikan perbuatan haram merajalela.

Kedua, berlemah lembut dan tak marah karena urusan dunia. Sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah. Ia mengingatkan, kemarahan kerap berujung dengan pertikaian dan perselisihan yang berujung pada dosa besar dan memutuskan silaturahim.

Ketiga, ketika marah, ingat keagungan dan kekuasaan Allah. Ketika mengingat kebesaran Allah, maka kemarahan akan bisa diredam.

Keempat, menahan dan meredam amarah jika telah muncul. Allah menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya yang telah muncul. Allah berfirman, ” … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Ali Imran {3}:134).

Menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bahri, ketika kemarahan tengah memuncak, hendaknya segera menahan dan meredamnya. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan segenap mahluk. Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa yang ia kehendaki.” (Riwayat Ahmad).

Kelima, berlindung kepada Allah ketika marah. Rasulullah bersabda, “Jika seseorang yang marah mengucapkan; ‘A’uudzu billah (aku berlindung kepada Allah, niscaya akan reda kemarahannya.” (Riwayat Ibu ‘Adi dalam al-Kaamil.)

Keenam, diam. Rasulullah bersabda, “Ajarilah, permudahlah, dan jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.” (Riwayat Ahmad).

Ketujuh, mengubah posisi ketika marah. Beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring.” (Riwayat Ahmad).

Kedelapan, berwudhu atau mandi. Marah adalah api setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf. “Maka dari itu, wudhu, mandi atau semisalnya, apalagi mengunakan air dingin dapat menghilangkan amarah serta gejolak darah,” tuturnya,

Kesembilan, memberi maaf dan bersabar. Orang yang marah sudah selayaknya memberikan ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah memuji para hamba-Nya “… dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (Asy-Syuura {42}:37).

Sesungguhnya Rasulullah adalah orang yang paling lembut, santun, dan pemaaf kepada orang yang bersalah.*

*Ainun Jariyah*.(cpt).
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Pages

Cari Blog Ini

Search

Postingan Populer

Popular Posts

Arsip Blog

Recent Posts