*Semuanya Akan Berakhir Dan Raihlah Yang Kekal*.



Allah berfirman;

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (14) إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ } [التغابن: 14، 15]

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”. (at Taghaabun; 14-15)

Janur kuning, tenda biru, pelaminan dan untaian lirik nasyid nan syahdu adalah awal dari sebuah kehidupan baru yang –tentu- sangat bersejarah bagi seseorang. Hari itu adalah hari yang sangat indah dan berjuta tekad pun seakan – telah- terpatri di dalam sanubari. Anda telah menjadi seorang suami … anda telah menjadi seorang istri … dan masing-masing anda punya tanggungjawab.
Pernikahan bagi seorang muslim adalah satu diantara rangkaian ibadah yang dijalaninya dalam kehidupan. Tujuannya adalah jelas sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- ;

من رزقه الله امرأة صالحة فقد أعانه على شطر دينه فليتق الله في الشطر الباقي

“Barangsiapa yang Allah karuniai seorang wanita shaleh, maka sungguh Ia telah menolongnya untuk menjalankan setengah agamanya. Olehnya, hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada sebagian yang lainnya.” .
Ketika seorang laki-laki telah memasuki babak baru kehidupannya ini, -tentu- beban dan tanggungjawabnya pun akan bertambah. Kini, ia pun harus memikirkan bagaimana dapat menghidupi sang permaisuri yang telah hadir menghiasi relung-relung kehidupannya.
Beberapa bulan berselang, terdengar dari bilik rumah sakit tangisan indah seorang bayi. Oooh … ternyata si Kecil belahan hati dambaan jiwa –pun telah juga hadir, menambah pernak-pernik hidup anda. Kini Anda telah menjadi seorang ayah … anda telah menjadi seorang ibu …
Istri dan anak anda adalah dua sosok yang –tentu- sangat berharga buat anda. Apapun –sepertinya- akan anda lakukan untuk memenuhi segala yang dipintanya. Olehnya, kebutuhan terhadap materi adalah hal yang tidak lagi bisa ditawar. Subhanallah … istri, anak dan harta … ketiganya Allah jadikan indah dalam pandangan seseorang. Allah berfirman;

{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ} [آل عمران: 14]

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”. (Ali Imraan; 14)
Namun tahukah anda, bahwa dibalik seluruh pesona dan keindahan yang ditebarnya, ternyata ia pun dapat membawa malapetaka bagi orang-orang yang tidak pandai memanfaatkannya. Hal inilah yang Allah sampaikan sebagai peringatan buat seluruh hamba-Nya melalui firman-Nya yang telah dibawakan di awal tulisan ini; “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.”.
Peringatan ini bukan sekedar untuk menakut-nakuti, tetapi dalam tataran realita hal ini sungguh telah terbukti. Berapa banyak orang-orang yang tadinya dikenal sebagai seorang yang baik dan istiqamah, namun karena berbagai macam tuntutan istri dan anak-anak, plus ditambah dengan kehidupan tetangga disamping kanan dan kiri yang terkadang turut memprofokasi, akhirnya menyebabkan keistiqamahan dan idealisme menjadi surut –wal’iyaadzu billah-. Ketergantungan dengan materi pun semakin kuat. Berbagai upaya akan dilakuakan untuk mendapatkannya. Siang dan malam digunakan secara full untuk meraihnya. Tidak ada lagi waktu untuk membaca al Quran, membaca hadits Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, terlebih untuk mempelajari keduanya. Waktu mendengarkan khutbah Jum’at pun, yang sedianya dapat menambah keimanan, ternyata hanya digunakan untuk istirahat dan tidur sejenak. Berinfak … boro-boro, untuk keperluan keluarga saja belum tercukupi, gimana mau berinfak; gumamnya.
Belum lagi akhlaknya kepada kedua orang tua. Istri dan anak-anak telah membuatnya lupa dengan segudang jasa keduanya yang tidak akan mungkin terbandingi. Ia sibuk mengurus keluarganya, dan lupa mengurus kedua orang tuanya. Ia bersenag-senang di tempat rekreasi dengan istri dan anak-anaknya. Ia tinggalkan ibunya yang bergumul dengan asap dapur mengurusi dirinya sendiri. Lahawla wa laa quwwata illa billah, semoga Allah melindungi dan menyelamatkan kita semua dari jerat-jerat syaithan.
Ketergantungan terhadap dunia … inilah diantara musibah yang ditimbulkan oleh sebagian dari “isteri-isteri dan anak-anakmu”. Olehnya, -wallahu a’lam- maka pada dua ayat setelahnya Allah menyuruh kita untuk bertakwa dan berinfak sebagai bagian dari bukti keberlepasan diri dari kecintaan dunia yang membutakan. Kemudian Allah mengatakan bahwa orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang yang diselamatkan dari sifat bakhil. Allah berfirman;

{فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (16) إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ (17)} [التغابن: 16، 17]

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu, dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. dan Allah Maha pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.”. (at Taghaabun; 16-17). Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda menggambarkan betapa dahsyat fitnah wanita, anak dan harta bagi orang-orang yang tidak mampu mensyukuri dan memanfaatkannya;

إِنَّ الْوَلَدَ مَبْخَلَةٌ مَجْبَنَةٌ

“Sesungguhnya anak itu penyebab kekikiran dan ketakutan.”. (HR. Ahmad, 29/104).

مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ

“Tidak sekalipun saya menyaksikan seorang yang lemah akal dan agamanya, namun mampu memperdaya seorang laki-laki yang cerdas lagi tegar melainkan salah seorang dari kalian (wanita).”. (HR. Bukhari, 1/314)

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ

“Sesungguhnya setiap umat mempunyai ujian, dan ujian bagi umatku adalah harta.” (HR. At-Tirmidzi, 4/ 569)
Keluarga adalah bagian dari fitnah … olehnya maka menjadi kewajiban bagi seorang lelaki untuk mendidik mereka dengan tekun dan penuh kesabaran. Allah berfirman –dalam ayat yang disebutkan di awal- setelah memperingatkan hamba-Nya akan fitnah istri, anak dan harta;

فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka –yaitu dengan senantiasa membimbing dan mengarahkan mereka- dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”.
Keluarga dan harta, keduanya adalah hal yang sangat indah di mata setiap orang. Namun hal yang pasti bahwa semuanya tidaklah kekal. Dan tiadalah yang kekal melainkan balasan dari-Nya yang Maha Rahman lagi Maha Rahim. Olehnya Allah berfirman pada kelanjutan ayat tersebut;

{إنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ } [التغابن: 14، 15]

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”. (at Taghaabun; 14-15).
Maka mengakhiri ulasan ini, kembali diingatkan tentang khittah awal pernikahan sebagaimana sabda Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- ; “Barangsiapa yang Allah karuniai seorang wanita shaleh, maka sungguh Ia telah menolongnya untuk menjalankan setengah agamanya. Olehnya, hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada sebagian yang lainnya.”. Allah berfirman;

{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم: 7]

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Ibrahim; 7). Jibril pernah datang dan berkata kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- ;

عش ما شئت فانك ميت واعمل ما شئت فانك مجزي به واحبب من شئت فانك مفارقه

“Hiduplah sepuasmu, namun ingat bahwa kematian pasti akan mendatangimu. Lakukanlah apa saja yang kamu senangi, namun ingat bahwa pasti kamu akan diberi balasan dari amalanmu itu. Dan cintailah siapa saja yang kamu senangi, tetapi ingatlah bahwa pasti kamu akan berpisah dengannya.”. (HR. Thabraani, 4/306). Allah berfirman;

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Al-Kahfi: 46)
Semoga Allah menyelamatkan kita dari fitnah yang menggelincirkan dan membimbing serta menuntun kita semua agar bisa sampai dan berjumpa dengan-Nya dalam keadaan selamat.

Innahu waliyyu dzaalika wa al qaadiru
‘alaihi wa huwa hasbuna wa ni’ma al wakiil.

*Ainun Jariyah*
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Pages

Cari Blog Ini

Search

Postingan Populer

Popular Posts

Arsip Blog

Recent Posts