#Bertasbih#.


Tasbih berasal dari kata sabbaha yang mengandung arti menyucikan dan menjauhi.
Kata sabbaha berasal dari kata sabaha (tanpa rangkap huruf ba) berarti berenang.
Menyucikan dan menjauhi mengandung arti sikap dan upaya manusia menjauhkan (menyucikan) Allah SWT dari sifat kotor, zalim, dan tidak adil.

Dengan kata lain manusia senantiasa meyakini bahwa Allah jauh dari berbuat tidak memelihara dan menyayangi manusia. Adapun kata berenang merupakan upaya manusia mengarungi sungai dan lautan hingga ke dasar kedalaman, mengandung arti begitu dalamnya keyakinan manusia terhadap kemurahan dan kemahaadilan Allah SWT.


Dalam Alquran digambarkan tentang makhluk yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah SWT. ''Telah bertasbih semua makhluk yang ada di langit dan di muka bumi kepada Allah SWT. Dialah Zat Yang Maha Mulia dan Bijaksana.'' (QS 61: 1).

Mengomentari ayat di atas, pakar tafsir, Al-Maraghi, dalam tafsirnya mengemukakan dua hal mengenai tasbih ini, yaitu tasbih kepada nama-Nya dan tasbih kepada zat-Nya. Tasbih kepada nama dan zat-Nya karena manusia mensyukuri kekuasaan dan keadilan Allah menciptakan alam (tata surya) dan manusia begitu teratur dan sempurna.

Struktur alam yang teratur membuat manusia dapat hidup dengan nyaman dan tenang. Sinar terik matahari tidak diberikan dalam temperatur yang menghanguskan bumi. Bumi yang luas, bulat, dan berputar tidak diciptakan buat manusia menjadi bergoyang sempoyongan. Demikian pula manusia diciptakan dalam struktur dan ruas tubuh yang tertata, lekuk urat,
engsel siku, lutut, dan jari begitu mudah bergerak membuat manusia nyaman beraktivitas menapaki kehidupan.

Manusia yang selalu bertasbih kepada Allah SWT akan terlahir dalam dirinya sikap sadar diri akan kebesaran dan kesucian Allah. Dengan demikian, mendorong diri yang bersangkutan bersikap optimistis, bertanggung jawab, cerdas berpikir, dan bekerja keras berjuang
dengan optimal membangun kehidupan di muka bumi.

Dalam hal ini, manusia tidak pernah curiga pada Allah, tapi selalu bergetar hati dan akalnya untuk bertasbih pada-Nya bahwa pasti Allah berbuat adil dan menolong manusia yang senantiasa mencoba meraih kesuksesan dan prestasi. Firman-Nya, ''Subhanallah!
Mahasuci Engkau, jagalah kami dari api neraka! Ya Tuhan kami, sungguh tidak satu pun sia-sia yang telah Engkau ciptakan di muka bumi ini.'' (QS 3: 191).


Sayangnya masih banyak manusia yang tidak bertasbih (menyucikan Allah).
Mereka bersikap curiga dan menilai kepada Allah tidak berlaku adil (berbuat diskriminasi) kepada makhluk-Nya di muka bumi.

Manusia demikian jelas tidak produktif, congkak, dan merasa diri benar (suci). Padahal, hatinya sudah
mati dan kehilangan energi menyucikan Allah (tasbih), sehingga tidak berdaya lagi menyemangati kehidupannya demi kemaslahatan umat. Karena itu, sungguh berbahaya orang yang tidak bertasbih.
*Ainun Jariyah*(cpt)
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Pages

Cari Blog Ini

Search

Postingan Populer

Popular Posts

Arsip Blog

Recent Posts