JANGAN TAKUT ! ALLAH MAHA PENGAMPUN


Salah satu dari sekian banyak nama Allah Yang Maha Terpuji (Asmaul Husna) adalah Al ‘Afuwwu (Maha Pengampun). Arti nama ini menyerupai arti Al Ghafur (Maha Pengampun). Tapi perbedaannya adalah Al Ghafur bermakna menutupi dosa dan Al ‘Afuwwu bermakna melebur dosa. Sehingga Al Ghafur terkadang bermakna menutupi dosa seseorang dan tiadalah siksa baginya, tapi Allah SWT tidak meridhai apa yang dilakukannya. Adapun Al Afuwwu berarti melebur dosa dan Allah SWT juga meridhainya, sehingga seakan-akan dosa itu tidak pernah ada.
Kata Al ‘Afuwwu merupakan bentuk yang lebih tinggi (mubalaghah) dari kata ‘afwu dan ‘aafiy. Karena Al ‘Afwwu berarti mengampuni setiap saat, setiap waktu. Jika kita sedang membaca Alquran dan mendapati kata Al ‘Afuwwu, perhatikanlah bahwa kata ini selalu beriringan dengan menyebutkan dosa-dosa besar.
Mungkin karena makna inilah, rasul mengajarkan kepada umatnya agar selalu berdoa di malam lailatul qadar dengan menyebut nama Al ‘Afuwwu ini.

Diriwayatkan dari Aisyah RA: “ Aku bertanya, Ya rasul, bagaimana pendapatmu ketika aku mengetahui bahwa suatu malam itu adalah malam lailatul qadar? Doa apa yang mesti kupanjatkan?” Rasul pun mengucapkan doa: “Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mulia, Engkau jualah yang mencintai ampunan, maka ampunilah hamba-Mu.” (HR. Tirmidzi).

Tiada ada yang dapat mengampuni dosa-dosa apalagi dosa besar kecuali Al ‘Afuwwu (ampunan) dari Allah SWT. Allah SWT selalu menerima taubat para hambaNya. Karena itu, Dia mengutus para rasul untuk memberikan pengajaran, dan menganugerahi manusia dengan bermacam-macam ketaatan/ibadah. Dialah Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Coba kita resapi ampunan Allah SWT dengan merenungkan apa yang telah disampaikan RasulNya.
Tidak ada suatu hari pun kecuali lautan yang membentang luas itu akan meminta ijin kepada Tuhannya. Lautan itu berkata, “Ya Tuhanku, ijinkanlah aku untuk menenggelamkan anak cucu Adam! Sesungguhnya, merekamenghamba kepada selainMu!”
Sedang langit juga berkata, “Ya Tuhanku, ijinkanlah aku runtuh agar menimpa anak cucu Adam. Sesungguhnya, mereka telah memakan rezekiMu, sedang mereka menyembah kepada selainMu.”
Sedang bumi pun berkata, “Ya Tuhanku, ijinkan aku menelan anak cucu Adam. Sungguh, mereka telah menelan rezekiMu, tapi mereka menghamba kepada selainMu!”
Allah pun menjawab, “Tinggalkan mereka semua! Karena jika kalian telah menciptakan mereka, tentu kalian akan menyayangi mereka!”

Dalam sebuah hadist
“Sesungguhnya, tatkala hamba yang bermaksiat menengadahkan kedua tangannya ke langit, dan berkata, “Ya Tuhanku.” Maka malaikat akan menutupi suaranya. Kemudian, hamba itu mengulanginya lagi, “Ya Tuhanku”, Malaikatpun menutupi suaranya lagi. Hamba itu lalu mengulanginya lagi “Ya Tuhanku” Malaikatpun menghalangi suaranya. Kemudian ketika si hamba mengulanginya untk keempat kali, “Ya Tuhanku.” Maka berfirmanlah Allah, “Sampai kapan engkau akan terus menutupi suara hambaKu ini? Aku memenuhi panggilanmu, wahai hambaKu; Aku memenuhi panggilanmu, wahai hambaKu; Aku memenuhi panggilanmu, wahai hambaKu; Aku memenuhi panggilanmu, wahai hambaKu.”

Sungguh, siapakah yang seharusnya mengatakan “Aku memenuhi panggilanmu?” Hamba ataukah Tuannya? Dalam keagungan dan kebesaranNya, Allah telah menjawab seorang hamba yang hina dan penuh dosa maksiat dengan perkataan, “Aku memenuhi panggilanmu” Sementara si hamba berada dalam kelalaian dan berada jauh dari ketaatan kepadaNya. Maha Besar Allah….. Al ‘Afuwwu sang Pengampun dosa.

*Ainun Jariyah*.(cpt).
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Pages

Cari Blog Ini

Search

Postingan Populer

Popular Posts

Arsip Blog

Recent Posts