*Mau Hadiah Dari Allah*.



Allah SWT berfirman dalam surat Ali ‘Imran ayat 195:

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ

Artinya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan mereka (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.” Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.



Laki-laki atau Perempuan

…fastajaba lahum rabbuhum anni la udzhi’u ‘amala ‘amilim minkum min dzakarin au-untsa… ba’dhukum mim ba’dh…

Laki-laki dan perempuan yang baik tidak akan pernah ditolak doanya. Maka, perempuan yang shalih lebih bagus daripada 1.000 laki-laki yang tidak pernah mengamalkan Islam. Satu perempuan yang taat kepada Allah lebih berharga dari satu kecamatan laki-laki yang tidak ada gunanya untuk agama.

Kalau begitu, bukan laki-laki atau perempuan yang kita harapkan pada saat menunggu kelahiran seorang anak. Ada orang yang mendapat anak laki-laki saja. “Aduh laki-laki semua ini di rumah,” keluhnya. Kalau boleh jujur, sebenarnya kita tidak kepentingan dengan kelamin si anak. Walaupun anak perempuan sudah sepuluh di rumah, tidak ada yang perlu dirisaukan. Ukurannya bukan laki-laki atau perempuan. Ukurannya adalah sejauh mana anak itu shalih dan taat kepada Allah SWT.

Menjalankan Islam Pasti Ada Tantangan

…fallazi na hajaru ..orang-orang yang meninggalkan kejahatan, hijrah, yang tadi sibuk dengan narkoba sekarang bertaubat kepada Allah, yang tadinya sibuk dengan kejahatan sekarang kembali ke jalan yang benar…waukhriju min diyarihim… digencet oleh orang kampungnya, “Ah sok alim lho, sok tahu lho, sok ulama kamu.” “Eeh.., malah setiap malam masuk pengajian, eee kayak dia saja yang alim.”

Hal-hal seperti itu tidak usah dipikirkan. …wa-uzu fi sabili waqaatalu… dan orang-orang yang terus berjuang meninggalkan kejahatan, melaksanakan perintah-perintah Allah, waqutilu… sehingga dia kadang-kadang musibah, kadang-kadang mati, kadang-kadang tertekan, kadang-kadang habis modal dan sebagainya …la-ukaffiranna ’anhum sayyiatihim … kata Allah dihapuskan segala dosa mereka.

…walaud khilannahum jannatin tajri min tahtihal anhaar… dan mereka akan dimasukkan ke dalam surga yang indahnya luar biasa. Ini tidak lain sebagai balasan dan tanda terima kasih Allah kepada kita.

Rupanya Allah juga berterima kasih kepada kita hamba-Nya …tsawaban min ‘indillah … “Ambillah (dalam bahasa kita) bonus terima kasih-Ku kepadamu. Dulunya di dunia Aku kasih kamu sehat, dulunya di dunia Aku kasih kamu berhasil, dulunya di dunia Aku kasih kepada kamu ketenangan, kebahagiaan, rezeki yang halal, di akhirat masuklah ke dalam surga-Ku.”

Tidak Ada Bonus yang Lebih Baik

Seterusnya Allah berfirman, “….wallahu ‘indahu husnuts tsawab..” (dan di sisi Allah sudah disediakan pahala atau balasan yang baik.) Pada ayat 198 surat Ali ‘Imran untuk menggambarkan balasan kepada orang yang serupa, Allah SWT menggunakan redaksi wama ‘indallahi khairul lil abrar (dan apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.) Artinya, tidak ada bonus yang lebih baik daripada bonus Allah. Ada orang yang bisa memasukkan kita ke dalam surga? Tidak ada. Balasan Allah di atas segalanya.

“Ustadz, apa sih yang maksud dengan balasan Allah di atas segalanya?” Saya kasih ilustrasi. Begini. Anak yang shalih adalah anak yang merasakan bahwa makanan yang dimasak oleh orangtuanya lebih enak daripada yang dimasak oleh istrinya. Mengerti tidak mengapa makanan hasil jerih payah orangtua kita, meskipun kangkung dan singkong itu, lebih enak daripada dada ayam yang dibakar tiga kali, digoreng dengan minyak zaitun dari Prancis dan Portugis oleh istri kita? Ingat, dengan istri kita hanya bertaut hubungan dengan kalimat “saya terima nikahnya,” lalu dia menjadi halal. Tapi dengan orangtua kita? Maaf! Tubuhnya digadaikan untuk melahirkan dan membesarkan kita. Orangtua setiap hari berjuang menyelamatkan anaknya, belum pernah tidak berjuang menyelamatkan anaknya (kecuali orangtua yang tidak normal akalnya, ada satu dua seperti di televisi). Tapi kalau istri, ada juga yang selingkuh. Tentunya salah jalan orang yang mencintai istri sampai lupa kepada orangtuanya.

Kalau begitu, makanan yang diberikan orangtua meskipun kangkung pastilah lebih lezat, lebih enak daripada yang diberikan oleh yang bukan orangtua sendiri termasuk istri, tetangga, teman atau kenalan di kantor. Makanya salah jika ada anak berkata, “Orang lain di jalan memberikan saya uang lima ratus ribu, orangtua saya tidak pernah memberikan sebanyak itu.” Itu tidak boleh. Dua belas milyar pun diberikan oleh bukan orangtuamu tidak lebih berharga dibandingkan kalimat (nasihat) yang diberikan oleh orangtuamu tanpa duit. Mau bayar berapa kalimat orangtuamu itu. Jasa orangtua tidak bisa dibayar. Kalau orangtua saja begitu bagaimana pula dengan Allah yang telah memenuhi segala kebutuhan kita? Jadi, yang diberikan Allah pastilah nilainya melebihi siapapun.

Kesimpulan

Jangan pernah surut dari selalu mengamalkan Islam meskipun ditanggapi negatif oleh masyarakat. Kita mengamalkan Islam ini bukan untuk masyarakat. Dengan kata lain, Islam tidak mengikuti nilai-nilai yang ada pada suatu masyarakat. Sebaliknya, Islam datang untuk memperbaiki masyarakat. Kita tidak perlu mencari penghargaan atau nilai dari masyarakat, tapi masyarakatlah yang kita ajak ke jalan yang benar.

Jalan yang benar dikenal dengan mempelajarinya. Datang terus ke pengajian dan ajaklah teman. Kenapa? Kita ajak mareka pada kebaikan. Setiap orang yang datang ke pengajian di malam hari dijaga malaikat sejak magrib tiba (karena persiapan-persiapan yang dibuatnya sejak magrib). Begitu kita memakai pakaian terbukalah sayap malaikat. Itu dari hadist yang shahih. Kalian ditemani oleh malaikat naik bis, naik mobil, naik motor, atau jalan kaki hingga
sampai di pengajian. Malaikat itu tidak kelihatan, tapi mereka menjaga dan menyaksikan terus sampai kita pulang ke rumah. Itulah kehebatan orang yang rajin mengikuti pengajian. Amin!
*Ainun Jariyah*.(cpt).
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Pages

Cari Blog Ini

Search

Postingan Populer

Popular Posts

Arsip Blog

Recent Posts