*Tentang Qunut Nazilah*.



"Tiada sesuatu juapun yang menjadi urusan engkau tentang mereka! Apakah Tuhan akan memberi ampunan (taubat) atas mereka, ataukah Tuhan akan menghukum (menyiksa) mereka! Memang sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang zalim." (QS. Ali Imran III: 129).

Kembali kepada Tuhan.Setiap kali kaum muslimin menghadapi musibah, tiada lain tempat mereka berhubungan kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Segala tenaga dan kekuatan, segala usaha dan siasat akan mereka jalankan untuk menolak datangnya bencana dan bahaya, sambil menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dengan segala kesabaran dan keteguhan hati, mereka tetap mengharap dan menunggu datangnya keadilan Tuhan, untuk menetapkan barang yang haq (kebenaran) diatas bumi ini, dan membasmi segala kebatilan.Tetapi, manakala segala ikhtiar sudah dilakukan dan seluruh kekuatan sudah ditumpahkan di atas segala medan, maka dengan menengadahkan tangan dengan menyusun jari yang sepuluh, kaum muslimin akan menghadap Tuhannya memohon dengan sepenuh hati supaya turunlah bantuan Tuhan dari segala pintu yang tiada terduga oleh manusia, untuk menghindarkan bencana atau musibah yang akan menimpa itu.Memohon kepada Tuhan itu di dalam tingkatnya yang biasa, dilakukan dengan membaca doa kepadaNya, baik sesudah sembahyang maupun pada setiap saat yang diperlukan mereka.

Sebagai sabda Nabi bahwa: "Doa adalah otaknya ibadat", dan sebagai diajarkan Tuhan (Allah):"Berdoalah kepadaKu, pasti Aku memperkenankannya," maka kaum muslimin yakin seyakin-yakinnya bahwa Tuhan mendengar doa mereka, dan balasan Tuhan pasti akan turun atas setiap orang yang berlaku zalim kepada mereka.Jika tingkat bencana atau musibah yang dihadapi adalah besar, melebihi dari kekuatan manusia, maka doa itu ditingkatkan menjadi "QUNUT NAZILAH" yang dilakukan bukan sesudah sembahyang, tetapi di dalam waktu sembahyang, pada rakaat yang terakhir, setelah kembali dari rukuk dan berdiri tegak sesudah membaca "Rabbana lakal hamdu..."

Tidak sembarang musibah Nabi melakukan Qunut Nazilah.Alangkah banyaknya musibah yang menimpa diri Nabi dan ummatnya didalam menjalankan agama Islam yang suci ini. Apalagi selama di Mekkah yang berjalan 13 tahun lamanya, kejahatan kaum Quraisy sudah melampaui batas-batas kemanusiaan. Tetapi tidak pernah satu kali juga Nabi melakukan atau mengajarkan Qunut Nazilah untuk menghadapi musibah itu.Bahkan sampai kepada saat yang paling berbahaya, Nabi lebih suka memerintahkan "hijrah" kepada ummatnya, daripada memohon bantuan Tuhan melalui Qunut itu. Sampai dua kali hijrah mereka lakukan hingga ke Ethiopia, dan beliau sendiri melakukan pula hijrah ke Thaif sebagai seorang pemimpin yang tangguh, yang tidak cepat memohonkan bantuan luar biasa dari Tuhan bila tidak terlalu kepepet (walaupun keadaan beliau saat itu sudah sangat kepepet).Adapun permohonan yang beliau lakukan kepada Tuhan, hanyalah dengan melalui doa, sebagai yang biasa kita lakukan sekarang. Sampai kepada musibah yang paling berat, yaitu bersekutunya musuh-musuh Islam untuk membunuh Nabi Muhammad, masih usaha atau siasat manusiawi yang beliau lakukan, yaitu melakukan hijrah umum ke Madinah. Beliau terlepas dari marabahaya, dan ummat Islam dapat berkumpul serta menyusun diri menjadi ummat yang satu setelah berada di Madinah itu.

Qunut Nazilah mulanya terhadap oknum-oknum.Barulah sesudah berada di Madinah, Nabi melakukan Qunut Nazilah, pada waktu tangan dan upaya beliau sebagai manusia tiada dapat menjangkau atau menyingkirkannya. Masih dalam menghadapi perang Badar yang terkenal itu, begitu juga perang perang Uhud, Nabi mulai melakukan Qunut itu. Baik terhadap orang-orang Quraisy yang diharap iman-Islamnya tetapi masih lemah menghadapi tekanan keluarganya, ataupun terhadap penjahat-penjahat Quraisy yang tetap durjana dan merajalela berbuat kezaliman, Nabi memohon bantuan Tuhan untuk melakukan tindakan, menyelamatkan orang yang baik dan menghancurkan orang yang jahat, terhadap mereka yang tidak terjangkau oleh kekuatan beliau.Nabi melakukan Qunut Nazilah, dengan memohonkan doa supaya terhadap oknum-oknum yang jauh itu Tuhan menunjukkan kekuasaanNya.

Nabi menyebutkan dalam doa qunutnya (yang artinya):"Oh Tuhan! Selamatkanlah Walid, 'Iyasy bin Abi Rabi'ah, Salamah bin Hisyam dan segala Muslimin yang lemah fisik atau jiwanya yang tidak kuat melakukan siasat dan mencari jalan daripada kejahatan tangannya kaum yang kafir!" "Oh Tuhan! Kutukilah (hancurkanlah) Harits bin Hisyam, Suhail bin 'Amrin, Shafwan bin Umayah, dan kutukilah si Fulan dan si Fulan....!"
Terhadap qunut yang langsung mengenai oknum-oknum atau pribadi-pribadi ini, Tuhan memberi tegoran kepada Nabi Muhammad dengan ayat yang disebutkan di atas. Tuhan mengatakan, bahwa bukanlah urusan kamu, hai Muhammad, tentang pribadi-pribadi itu, baik menyelamatkan orang-orang yang lemah, ataukah mengutuk dan menghukum orang-orang yang jahat. Apakah akan memberi taubat-ampunan, ataukah akan menurunkan hukuman siksaan, adalah menjadi urusan Tuhan semata, meskipun sudah diketahui bahwa penjahat-penjahat Quraisy yang kamu sebutkan itu adalah orang-orang yang zalim semuanya.

Qunut Nazilah bukan terhadap pribadi, tetapi soal umum.Semenjak waktu itu, sudah ada garis yang tegas yang menjadi pegangan Nabi dan segenap kaum muslimin. Qunut Nazilah bukanlah ditujukan kepada oknum-oknum atau pribadi-pribadi tertentu, tetapi adalah soal umum yang menimpa kaum muslimin.Riwayat menceritakan bahwa sesudah perang Uhud, bertubi-tubi terjadi musibah yang menimpa kaum muslimin. Bahkan dalam perang Uhud itu, Nabi pribadi menghadapi musibah yang sangat dahsyat. Mulanya terperosok ke dalam lubang, sehingga orang menyangka bahwa beliau sudah meninggal, Ibnu Qamiah menembak (memanah) beliau, sehingga ketopong besi yang menutup muka beliau berlumuran darah karena pecahan itu. Datang lagi 'Atabah bin Abi Waqqash yang memanahnya sehingga pipi beliau bagian kiri dan kanan, serta bibir beliau luka lecet mengeluarkan darah. Dan akhirnya beliau terjerembab masuk lubang sebagaimana diceritakan di atas.Barulah datang para sahabat mengangkat beliau.

Ali bin Abi Thalib menarik tangan beliau dan Thalhal bin Ubaidillah mengangkatnya, sehingga keluar dari lubang itu. Begitu beliau dapat diselamatkan, silih berganti musuh menyerang beliau, sehingga tidak kurang dari 70 tusukan pedang yang melukai badan beliau. Dalam saat yang kritis itu, para sahabat membentengi Nabi bagaikan dinding tembok yang tidak dapat ditembus, termasuk diantaranya seorang wanita yang gagah berani. Sesudah musuh pergi dan Nabi tersadar kembali di hadapan Salim maula Abi Huzaifah,

Nabi berkata:"Bagaimana akan selamat kaum Quraisy yang berbuat seperti ini terhadap Nabi mereka, yang tugasnya hanyalah memanggil mereka kepada Tuhan mereka!"Pada waktu itu, ayat Tuhan yang kita sebutkan di atas turun lagi menghibur hati Nabi, bahwa menjadi urusan Allah tentang soal mereka, apakah akan diberi taubat ataukah akan disiksa/Sampai sebegitu jauh, Nabi tidaklah mempergunakan Qunut Nazilah. Tetapi setelah terjadi musibah yag mengenai segenap kaum muslimin, barulah Nabi melakukan Qunut itu.

Sejarah menyebutkan ada 3 musibah yang berturut-turut menimpa kaum muslimin:1. Korban syuhada dalam perang Uhud pada pertengahan Syawal 3 Hijriyah, berjumlah 71 orang.2. Korban utusan ke "Raji" yang berjumlah 10 orang di bawah pimpinan 'Ashim bin Tsabit Anshari, yang terbunuh sebanyak 7 orang di tangan 100 pemanah musuh, sedang 3 orang lagi mereka tangkap dan ditawan. Terjadi pada akhir tahun 3 Hijriyah.3. Korban utusan juru dakwah di telaga Ma'unah sebanyak 70 orang di bawah pimpinan Munzir 'Amrin Anshari yang dikirim Nabi pada bulan Shafar 4 Hijriyah. Mereka dipanah habis oleh para ahli panah yang dipimpin oleh 'Amir bin Thufail, kecuali hanya satu orang yang masih megap-megap hidupnya yaitu Ka'ab bin Zaid.Terhadap segala musibah yang berturut-turut menimpa terjadinya ini, maka Nabi telah membacakan doa Qunut Nazilah selama 1 bulan lamanya. Menurut hadist Bukhari dari Anas bin Malik, bahwa Nabi telah membaca Qunut Nazilah pada setiap waktu sembahyang selama satu bulan berturut-turut.

Musibah yang menimpa umat.Sebagaimana dikatakan pada permulaan tulisan ini, bahwa kaum muslimin dalam setiap kali menghadapi musibah, baik besar ataupun kecil, maka tidak ada tempat kembali kecuali kepada Tuhan. Segala usaha dan siasat harus dijalankan untuk menolak musibah itu, sambil bermohon diri kepada Tuhan. Dalam musibah yang biasa maka permohonan dilakukan dengan membaca doa di dalam sembarang waktu yang diperlukan.Manakala musibah sudah meningkat begitu pesatnya dan kesialan begitu mendera, dan menimpa banyak orang, maka permohonan dapat dilakukan dengan Qunut yang dinamakan Qunut Nazilah.

Banyak macamnya musibah besar yang menimpa kaum muslimin, yang kadang kala secara manusiawi tidak kuat dalam menghadapi cobaan atau musibah dan tak kuasa untuk berusaha menghindar. Apalagi kalau musibah itu mengenai "AQIDAH" yang menjadi keyakinan kaum muslimin.Mengikuti sunnah Nabi yang berlaku, di dalam menghadapi setiap musibah besar yang tidak cukup tenaga dan daya manusiawi untuk menghindarinya, maka marilah kita berserah diri kepada Tuhan, membacakan Qunut Nazilah, dengan memohon semoga kita terhindarkan dari musibah besar itu dan diselamatkan langsung oleh Tuhan.
Semoga kita semua mendapat pencerahan dan tidak mudah putus asa! Amin..

*Ainun Jariyah*.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Pages

Cari Blog Ini

Search

Postingan Populer

Popular Posts

Arsip Blog

Recent Posts