Dalam istilah sehari-hari, prasangka dipahami sebagai pendapat atau anggapan kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan dan menyelidiki) sendiri. Dalam istilah agama, prasangka maknanya dapat dipersamakan dengan kata al-dzon. Kata ini tidak selalu berkonotasi negatif, tetapi dapat bermakna positif. Prasangka yang baik biasa disebut husnudzdzon dan prasangka yang buruk disebut suudzdzon.
Muslim tidak dibenarkan meyakini dan mempercayai sesuatu yang didasarkan pada prasangka. Sebab, hal itu tidak dapat membawanya mencapai kebenaran. ''Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali prasangka saja. Sesungguhnya prasangka itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.'' (QS 10: 36).
Prasangka dalam masalah keimanan dilarang Islam. Mereka yang menjadikan selain Allah sebagai sembahan, tidak didasarkan keyakinan kuat. Hal itu hanya dugaan atau prasangka semata. ''Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti suatu keyakinan. Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.'' (QS 10: 66).
Mengikuti perilaku kebanyakan manusia belum tentu benar. Boleh jadi perilaku itu membawa kepada kesesatan dan kedurhakaan karena hanya didasarkan pada prasangka. ''Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta terhadap Allah.'' (QS 6: 116).
Muslim yang menjadikan Alquran pedoman hidup tidak dibenarkan berprasangka buruk kepada orang lain. Prasangka seperti itu merupakan dosa yang harus dijauhi. Allah berfirman, ''Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya.'' (QS 49: 12).
Islam hanya membolehkan berprasangka dan berhati-hati terhadap informasi yang disampaikan orang fasik agar Muslim tidak tertipu dan dirugikan. ''Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.'' (QS 49: 6).
Muslim diperintahkan berprasangka baik kepada Allah dan semua yang diberikan-Nya. Hanya orang munafik dan musyrik yang berprasangka buruk kepada Allah. ''Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang berprasangka buruk kepada Allah. Mereka akan mendapat giliran kebinasaan yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka jahanam.'' (QS 48: 6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar